Jakarta - Nazi Jerman memainkan peran sentral dalam Perang Dunia II, yang dimulai pada 1 September 1939 ketika Hitler memerintahkan invasi ke Polandia.
Perang ini bukan hanya soal konflik militer, tetapi juga tentang kebijakan agresif dan genosida yang dijalankan oleh rezim Nazi.
Ambisi Hitler untuk menciptakan "Ruang Hidup" bagi bangsa Jerman (Lebensraum) di wilayah Eropa Timur, yang mencakup invasi ke negara-negara tetangga, menjadi pendorong utama dalam eskalasi perang ini.
Salah satu keputusan paling kontroversial yang diambil oleh Nazi adalah kebijakan pemusnahan massal terhadap orang-orang Yahudi Eropa, yang dikenal dengan nama Holokaus.
Melalui kebijakan antisemitisme yang radikal, Nazi mencap orang Yahudi sebagai musuh rasial yang harus dihapuskan.
Proses ini dimulai dengan diskriminasi sosial dan ekonomi terhadap orang Yahudi, namun akhirnya berkembang menjadi kamp konsentrasi dan pembantaian massal di kamp-kamp seperti Auschwitz, Treblinka, dan Sobibor.
Diperkirakan enam juta orang Yahudi, bersama dengan jutaan orang lainnya yang dianggap "tidak murni" oleh ideologi Nazi, terbunuh dalam periode ini.
Di sisi militer, Nazi Jerman menghadapi sekutu yang kuat seperti Inggris, Uni Soviet, dan Amerika Serikat.
Pada awalnya, strategi perang blitzkrieg (perang kilat) yang digunakan oleh Jerman terbukti sangat efektif, memporak-porandakan pasukan musuh dengan serangan cepat dan tepat.
Namun, pada akhirnya, kekuatan militer Jerman mulai menghadapi kesulitan, terutama setelah kekalahan dalam Pertempuran Stalingrad pada 1943 dan pendaratan Sekutu di Normandia pada 1944.
Perang Dunia II berakhir dengan kekalahan total Jerman pada 8 Mei 1945. Kejatuhan Nazi Jerman menandakan akhir dari ambisi ekspansionis dan rezim tirani yang telah menebarkan penderitaan dan kehancuran di seluruh dunia.
Setelah perang, para pemimpin Nazi diadili dalam Pengadilan Nuremberg, di mana banyak dari mereka dijatuhi hukuman atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Meskipun rezim Nazi telah runtuh, dampak dari ideologi dan kebijakan mereka masih terus membekas dalam ingatan kolektif manusia hingga hari ini. ****